Siang tadi, diatas tempat tinggal saya, Kamal Madura, telah terjadi fenomena alam Halo Matahari, dan ini mungkin bisa disaksikan oleh sebagian besar masyarakat Jatim. Saya belum mendapat informasi dibelahan bumi mana saja fenomena halo matahari pada hari ini bisa disaksikan.
Halo matahari hari adalah kejadian alam, yang dijadikan mitos bagi
sebagian masyarakat, terutama oleh masyarakat Indonesia tetapi
sebenarnya ada penjelasan secara ilmiah juga pada fenomena itu.
Banyak masyarakat yang berpendapat jika halo matahari terjadi disalah
satu wilayah, itu merupakan suatu pertanda bahwa di wilayah itu akan
terjadi bencana besar. Pendapat miring tersebut didasarkan dengan adanya
pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya dibeberapa tempat, salah
satunya adalah seperti bencana tsunami yang terjadi di Padang beberapa
waktu silam, mitos yang beredar menyebutkan “kemunculan cincin matahari
atau Halo matahari serupa sehari sebelum gempa 7,9 Skala Richter (SR)
pada 30 September 2009. Dimana saat itu terjadi gempa yang disusul
tsunami di Padang (Nias) dengan membawa korban yang tidak sedikit, baik
materi maupun nyawa manusia. (dikutip dari www.tribunnews.com).
Secara ilmiah, halo Matahari merupakan fenomena astronomis dan
meteorologis yang biasa. Banyak orang terpesona dengan fenomena ini
sehinga mengamati halo matahari dengan mata telanjang. Padahal mengamati
matahari langsung bisa menyebabkan retina terbakar. fenomena halo
Matahari terjadi karena pembiasan kristal es yang berada di sekitar
Matahari yang membentuk semacam pelangi. hal ini bukan sebuah hal yang
luar biasa, namun ini hanyalah hal biasa yang kerap terjadi bila habis
turun hujan atau saat musim hujan.
Menurut Bambang Setiahadi, peneliti dari Stasiun Pengamatan Matahari
Watukosek yang tercakup dalam Stasiun Pengamatan Dirgantara Lapan di
Watukosek, Jawa Timur, halo yang terlihat melingkari Matahari tersebut
sebenarnya merupakan hasil pembelokan cahaya Matahari oleh partikel uap
air di atmosfer.
Jadi, pada musim hujan ini partikel uap air ada yang naik hingga
tinggi sekali di atmosfer. Partikel air memiliki kemampuan untuk
membelokkan atau membiaskan cahaya Matahari Fenomena itu sebenarnya sama
saja dengan proses terbentuknya pelangi pada pagi atau sore hari
setelah hujan. Menurut Bambang, lengkungan pelangi sering terlihat di
bagian bawah cakrawala karena partikel uap air yang membelokkan cahaya
Matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer. Di sisi lain, pada pagi
atau sore hari Matahari pun masih berada pada sudut yang rendah. “Pada
posisi yang miring ini, kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih
besar, sehingga warna-warna yang muncul juga lebih lengkap,” jelasnya.
Pada siang hari, saat Matahari pada posisi tegak lurus terhadap Bumi,
kemampuan pembelokan cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat
sangat terbatas. “Warnanya terlihat gelap karena pandangan ke arah
Matahari juga terhalang debu. Kalau pada pagi hari, saat udara masih
bersih, yang tampak adalah warna kemerahan,” kata Bambang. Tidak
mengherankan bila fenomena halo ini juga hanya terlihat pada siang hari,
sekitar pukul 12.00-1300. Selain itu, sama seperti pelangi, fenomena
halo juga hanya bisa disaksikan pada musim hujan.
“Nanti setelah musim hujan berakhir, tak ada lagi halo maupun
pelangi. Soalnya, di atmosfer sudah tidak ada lagi uap air,” ujarnya.
(dikutip dari Kompas 4-maret-2007 ) sumber : http://www.google.com
Nah, jadi Halo Matahari tidak ada sangkut pautnya dengan mitos yang
menganggap bahwa fenomena ini terkait dengan akan terjadinya suatu
bencana, sekalipun itu pernah terjadi mungkin saja itu hanya suatu
kebetulan belaka.
Sumber: dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar